Februari 27, 2009

Anatomi II

OSTEOLOGY (Sistim Pertulangan Dan Hubungannya)

Osteologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kerangka (skeleton). Osteologi berasal dari kata os yang (latin) dan osteon (Yunani) yang berarti tulang. Tulang merupakan bagian tubuh atau organ dari suatu individu yang mulai tumbuh dan berkembang sejak masa embrional. Sistim pertulangan merupakan salah satu hasil perkembangan dari sel-sel mesoderm.
Pola bangunan tubuh suatu individu ditentukan oleh kerangka yang disusun dari puluhan atau ratusan tulang. Tulang-tulang tersebut membentuk suatu susunan atau kelompok tulang yang disebut dengan kerangka. Tulang-tulang kerangka disebut juga skeleton (Yunani = kering) dalam melaksanakan fungsinya dilengkapi dengan tulang rawan (cartilago) dan ligamenta (pita pengikat). Kerangka pada ternak termasuk dalam endoskeleton.

Fungsi skeleton pada suatu individu (endoskeleton) :
  1. Sebagai penunjang tubuh.
  2. Untuk memberi bentuk pada hewan
  3. Sebagai tempat melekatnya urat daging (otot).
  4. Untuk melindungi (proteksi) organ-organ tubuh yang lunak dan mudah rusak, misal : organ visceral, otak dll.
  5. Sebagai cadangan unsur-unsur kimia penyusun tubuh misal : cakium & phospor.
  6. Sebagai alat gerak pasip, dalam hal ini akan bekerjasama dengan otot-tot yang bertaut padanya.

Kerangka dari berbagai jenis hewan memiliki jumlah ruas yang tidak sama misalnya :
  • kuda = 205 ruas tulang
  • manusia = 206 ruas tulang
  • sapi = 191 - 193 ruas tulang
  • ayam = tidak lebih dari 160 ruas tulang



Perbedaan jumlah ruas tulang pada berbagai jenis hewan ini karena adanya penyesuaian pola dasar dari jenis-jenis hewan tersebut yang diserasikan dengan perkembangan phylogeniknya. Namun pada umumnya berbegai jenis hewan tersebut mempunyai dasar macam tulang yang sama. Beberapa contoh dapat dikemukakan seperti daftar berikut :
Macam tulang Hewan Jumlah ruas
Vertebrae cervicalis kuda 7
Vertebrae cervicalis sapi 7
Vertebrae cervicalis babi 7
Vertebrae cervicalis anjing 7
Vertebrae cervicalis ayam 13 -14
Vertebrae thoracalis kuda 18 - 19
Vertebrae thoracalis sapi 13
Vertebrae thoracalis babi 14 - 15
Vertebrae thoracalis anjing 13
Vertebrae thoracalis ayam 7

Perbedaan jumlah ruas tulang selain karena perbedaan jenis hewan juga dipengaruhi oleh faktor umur. Pertambahan umur tidak selalu diikuti dengan bertambahnya tulang, tetapi dapat pula sebaliknya, yaitu jumlahnya menjadi berkurang karena beberapa ruas tulang tumbuh menyatu (synostosis).

Ditinjau dari fungsi dan letaknya kerangka dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
  1. Ossa axialis (axial skeleton) ; berfungsi sebagai penunjang utama kerangka poros tubuh yang terdiri atas cranium (tengkorak), columna vertebralis, costae dan sternum.
  2. Ossa apendicularis (appendicular skeleton) ; merupakan kerangka tambahan terdiri atas tulang-tulang anggota gerak ( kaki depan dan belakang / extremitas cranialis et caudalis).
  3. Ossa visceralis (visceral skeleton) ; tulang-tulang jerohan yang terdiri dari beberapa tulang khusus yang tumbuh pada alat visceral dan hanya terdapat pada hewan-hewan tertentu misalnya os cordis pada jantung sapi tua, os penis pada penis anjing dan kucing, os glandis pada kucing.

Ditinjau dari bentuknya dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :
  1. Ossa longa/tulang panjang (long bone), tulang yang berbentuk panjang, silindris seperti pipa dengan ujung-ujungnya membesar, biasanya didalamnya terdapat cavum medullare (rongga sumsum). Bagian ujung atas (proximal) disebut caput, ujung bawah disebut condylus sedang batangnya/tengah disebut corpus. Umumnya bagian ujung proximal lebih besar daripada ujung distal. Contohnya tulang-tulang anggota gerak (os femur, os humerus)
  2. Ossa plana/tulang pipih (flat bone), tulang yang berbentuk pipih yang berfungsi sebagai tempat pertautan otot maupun sebagai pelindung organ-organ yang lunak, misalnya os scapula, ossa costae (tulang-tulang rusuk), ossa cranii (tulang-tulang tengkorak : os frontalis, os nasalis).
  3. Ossa brevia/tulang pendek (short bone), tulang-tulang berbentuk pendek, kecil, mempunyai panjang dan lebar hampir sama, pada umumnya berbentuk masif dan mendekati bentuk kubus. Fungsinya adalah untuk memecah benturan atau sebagai penyebar/pemerata tekanan (mis : ossa carpi dan ossa tarsi) atau untuk mengurangi geseran dan perubahan arah dari tendo (ossa sesamoidea).
  4. Ossa irregularis/tulang tak beraturan (irregular bone), tulang-tulang yang tidak teratur bentuknya, fungsinya bermacam-macam dan tidak spesifik. Letaknya kebanyakan disekitar bidang median tubuh dan merupakan tulang tunggal, misal : os vertebrae, basis cranii dan sebagainya.

Dengan mempelajari osteologi ini kita dapat menyusun kembali (merekonstruksi) tulang-tulang menjadi suatu kerangka sebagaimana mestinya.

STRUKTUR TULANG
Secara makroskopis struktur tulang dapat dipelajari dengan baik apabila dilakukan pembelahan memanjang (longitudinal) pada tulang panjang sehingga terlihat dua bagian tulang yang mudah dibedakan :
  1. Substantia compacta merupakan dinding tulang yang tebal, keras, padat (kompak). Pada umumnya menempati bagian diaphyse tulang. Pada tulang panjang, daerah ini memiliki rongga yang disebut cavum medullare sebagai tempat sumsum tulang (medulla osseum).
  2. Substantia spongiosa merupakan bagian yang berstruktur seperti bunga karang (berkisi-kisi). Pada umumnya terletak dibagian epiphyse dari tulang panjang. Struktur menyerupai bunga karang yang tersusun oleh lempengan-lempengan (trabeculae) yang tidak teratur dan berhubungan satu sama lain membentuk anyaman. Struktur semacam ini sangat kuat dan tidak mudah patah, karena disesuaikan dengan kebutuhan mekanis untuk menanggulangi tekanan dan tarikan terhadap tulang tersebut dalam menjalankan fungsinya sebagai alat penunjang atau alat gerak. Disamping itu penyusunan struktur semacam ini juga melaksanakan prinsip efisiensi dalam penggunaan bahan-bahan tulang. Rongga-rongga antar kisi juga berisi sumsum tulang, sehingga disebut ruang-ruang sumsum (cellulae medullare/marrow space). Pada tulang pendek struktur semacam ini menempati keseluruhan bagian tengah dari tulang tersebut.

Pada tulang pipih, substansia compacta terdiri dari dua lapis yang dipisahkan oleh substansia spongiosa. Kedua lapis substansia kompakta masing-masing disebut lamina externa yang diluar dan lamina interna/tabula vitrea yang didalam. Susunan tulang semacam ini disebut diploe dan banyak didapatkan pada tulang-tulang tengkorak.
Permukaan tulang disebelah luar dilapisi oleh jaringan ikat padat tak teratur (irregular) merupakan suatu membran yang disebut periosteum, sedang permukaan dalamnya dilapisi jaringan yang sama disebut endosteum. Pada keadaan tertentu jaringan pembalut tulang ini dapat membentuk jaringan tulang baru. Terdapat perbedaan antara fungsi periosteum dengan endosteum yaitu fungsi periosteum adalah :
  • sebagai alat penyokong pembuluh darah dan syaraf yang masuk ke tulang
  • sebagai tempat melekatnya tendo atau ligamenta
  • sebagai alat pertumbuhan dan penyembuhan tulang

Sedangkan endosteum serupa dengan periosteum ditambah dengan sifat haemopoetic yaitu dapat membentuk butir-butir darah merah atau putih.

Didalam rongga-rongga tulang berisi sumsum tulang (medulla osseum) yang berfungsi juga sebagai pembuat sel-sela darah. Pada individu dewasa dikenal dua macam medulla osseum yaitu sumsum merah medulla osseum rubra yang benar-benar berfungsi sebagai pembuat sel darah merah dan sumsum kuning (medulla osseum flava) yang merupakan jaringan lemak. Pada masa embryonal sampai dengan neo-natal di dalam tulang hanya terdapat medula osseum rubra saja. Semakin meingkatnya umur pada beberapa tempat medulla osseum rubra akan diganti oleh medulla osseum flava sehingga medulla osseum rubra hanya terdapat pada ossa vertebrae, os sternum, os costae dan ossa cranium.

VASCULARISASI DAN INERVASI TULANG
Tulang merupakan jaringan hidup oleh karenanya juga memerlukan distribusi makanan. Untuk itu tulang juga dilengkapi dengan pembuluh-pembuluh darah yang banyak bercabang pada periosteum dan ranting-rantingnya menyusup ke dalam lapisan tulang melalui foramen nutricia. Perjalanan sabut syaraf pada umumnya mengikuti pembuluh darah. Dikenal ada sabut syaraf vasomotor yang mengatur persyarafan pembuluh darah dan sabut syaraf sensible yang mensyarafi tulang itu sendiri. Oleh karena itu rasa sakit dapat timbul pada tulang disebabkan oleh syaraf-syaraf sensibel tersebut.

STRUKTUR KIMIA TULANG
Bila dianalisis secara kimiawi, tulang tersusun atas bahan organik dan anroganik dengan perbandingan 1 : 2. Formula yang demikian menyebabkan tulang memiliki kelenturan yang sangat terbatas, dibalik kekerasan yang menjadi kekuatan tulang. Bila tulang dipanaskan dengan temperatur tinggi maka bahan organiknya akan luruh sehingga tulang menjadi amat rapuh dan lebih ringan dari berat semula (proses pembuatan tepung tulang). Bahan organik terdiri dari ossein (protein) yang apabila direbus akan menghasilkan gelatin. Sebaliknya bila tulang tersebut dihilangkan bahan anorganiknya dengan cara decalsifikasi (misal dimasukkan ke dalam larutan asam kuat) maka ia akan kehilangan sifat kerasnya tanpa merubah bentuknya sehingga konsistensinya menjadi fleksibel, lentur (agak elastis) dan liat. Jadi yang tinggal adalah zat-zat organisnya (gelatin/protein), karena itu zat organis tersebut merupakan pola untuk memberi bentuk pada tulang.
Ditinjau dari sudut kimiawi, substansia compacta dan substansia spongiosa tersebut sama saja yaitu terdiri dari zat-zat organis (protein) dan zat-zat anorganis yang terdiri atas :
  • calsium phospat = 57,33 %
  • calsium carbonat = 3,85 %
  • magnesium phospat = 2,05 %
  • natrium chloride & natrium carbonat = 3,45 %
  • gelatin (protein) = 33,30 %

PENULANGAN (OSTEOGENESIS)
Telah diketahui bahwa tulang berasal dari perkembangan mesoderm yang terdiri dari sel-sel mesencym. Bila akan membentuk tulang, sel mesencym akan mengalami deferiansi menjadi sel bakal tulang (osteoblast) yang selanjutnya akan menjadi sel tulang (osteosit). Proses pembentukan tulang disebut ossifikasi (osteogenesis).
Ada dua macam osteogenesis yaitu :
  1. Osteogenesis intramembranosa (osteogenesis desmalis = osteogenesis primer) yaitu suatu proses penulangan secara langsung. Osteoblast yang tumbuh menjadi osteosit akan mempengaruhi zat-zat disekitarnya (matriks) yang mula-mula cair akan menjadi kental, kemudian membentuk osteoid. Osteoid akan mengeras karena proses pengapuran (cakification), sehingga akan mengurung osteosit. Disinilah mulai terbentuk pulau tulang pertama, dan tempat proses ini disebut titik penulangan (punctum ossification). Contoh tulang yang pembentukannya melalui proses ini pada umumnya terjadi pada tulang pipih misalnya os frontalis, os parietalis.
  2. Osteogenesis intracartilaginosa (osteogenesis endochondralis = osteogenesis sekunder) yaitu suatu proses penulangan tidak langsung, selalu didahului dengan terbentuknya tulang rawan (cartilago) dan prosesnya lebih kompleks. Jaringan mesencym mula-mula membentuk tulang rawan hyalin yang sekaligus merupakan pola tulang yang akan dibentuk. Pertumbuhan sampai menjadi tulang berlangsung melalui tahap berikut :
  • pertumbuhan sel-sel tulang rawan : sel-sel mesencym menjadi sel calon tulang rawan (chondroblast) kemudian melanjut menjadi sel tulang rawan (chondrocyte)
  • perbanyakan dan pembesaran chondrocyte yang berderat-deret menurut poros panjang tulang.
  • pengapuran matriks tulang rawan
  • pergantian tulang rawan yang mengapur dengan tulang secara proses penulangan langsung.
  • Proses ini umumnya dimulai dari kedua ujung bakal tulang (bakal epiphyse), sedang ditenha batang tulang yang juga merupakan pusat penulangan prosesnya berlangsung secara primer. dengan demikian tulang yang proses pembentukannya secara tidak langsung sekurang-kurangnya memiliki tiga punctum ossifikasi.
Ditinjau dari letak pertumbuhan tulang, dapat dibedakan menjadi :
  1. Pertumbuhan interstitial, yaitu pertumbuhan dari tengah jaringan.
  2. Pertumbuhan oppositional, yaitu pertumbuhan dari sisi tulang, biasanya berasal dari perichondrium atau periosteum yang menjadi tulang secara langsung.

Anatomi I

PENDAHULUAN

Secara harfiah anatomi berasal dari kata Yunani "
Anatem" yang berarti membuka dengan jalan mengiris atau menguraikan. Artian ilmiahnya anatomi bermakna "Ilmu Urai" yaitu ilmu yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh makhluk hidup. Sehingga Anatomi Ternak adalah ilmu yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh hewan piaraan (Domesticated Animals), yang lazim disebut juga dengan istilah Anatomi Veteriner.
Bila berbagai disiplin ilmu yang dikenal sampai saat ini dikelompokkan menjadi ilmu-ilmu sosial dan ilmu-ilmu alam, maka anatomi berkedudukan di dalam ilmu alam.
Semakin berkembangnya teknologi dan bertambah luasnya cakupan ilmu yang dikuasai manusia, juga mempengaruhi perkembangan anatomi. Oleh karenanya anatomi mengalami pembagian menurut beberapa alasan atau pandangan.
Penemuan mikroskop dengan segala perkembangannya, menyebabkan anatomi terbagi menjadi :
a.
Macroscopic Anatomy (Gross Anatomy), yang lazimnya sekarang cukup disebut dengan "Anatomi". Pembahasan selanjutnya dalam diktat ini adalah ilmu urai yang termasuk dalam kategori gross anatomi.
b.
Microscopisc Anatomy (Histologi / Ilmu Jaringan), yaitu ilmu urai yang khusus menggunakan alat optik berupa mikroskop dari yang sederhana sampai mikroskop elektron.
Ditinjau dari perkembangan dan pertumbuhan makhluk hidup, anatomi dapat dibagi menjadi :
a. Embryologi = ilmu mudigah = mempelajari pertumbuhan janin
b. Ontogeni = mempelajari pertumbuhan individu.
c. Phylogeni = ilmu kejadian /ilmu asal-usul/ilmu silsilah = mempelajari sejarah asal-usul kelompok dalam dunia makhluk atau perubahan berbagai species secara evolusioner.

Ditinjau dari jenis makhluk hidup yang menjadi objek studi, maka anatomi terbagi menjadi :
a. Anatomi Khusus (
Special Anatomy), mempelajari hanya terbatas pada satu jenis makhluk saja, misalnya :
-
Anthropotomi = ilmu urai manusia
-
Kinotomi = ilmu urai anjing
-
Hippotomi = ilmu urai kuda
b. Anatomi Perbandingan (
Comparative Anatomy), mempelajari sekaligus lebih dari satu jenis makhluk sebagai obyek studi dengan titik berat membanding-bandingkan susunan dan bentuk makhluk satu dengan yang lainnya.

Untuk menunjang kebutuhan ilmu peternakan, maka anatomi perbandingan inilah yang lebih dikemukakan. Dengan dikaitkan terhadap sifat profesionalnya, maka ia mendapat sebutan sebagai Anatomi Ternak (Anatomi Veteriner) yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari bentuk dan susunan tubuh hewan ternak (domesticated animals).
Selanjutnya untuk mempelajari anatomi biasanya ditempuh dengan tiga cara pendekatan yaitu secara sistematik, kedaerahan (topografi) dan kegunaan (gunalaksana). Berkenaan dengan pendekatan-pendekatan tersebut, maka anatomi terbagi pula menjadi :
a.
Anatomi Sistematik, yang mempelajari kumpulan alat-alat tubuh yang mempunyai asal, bentuk, susunan dan fungsi yang sama.
Anatomi sistematik terdiri dari :
-
Osteologi = yang mempelajari tentang pertulangan.
-
Syndesmologi/Arthrologi = yang mempelajari hubungan antar tulang dan persendian.
-
Myologi = mempelajari otot.
-
Angiologi = mempelajari sistem pembuluh darah.
-
Neurologi = mempelajari sistem saraf.
-
Splanchnologi = mempelajari jeroan/organ-organ dalam.
-
Aesthesiologi = mempelajari alat-alat indera, termasuk kulit dan derivat-derivatnya.
b.
Anatomi Topografi, mempelajari daerah atau kawasan tertentu dari tubuh. Dalam hal ini lebih diutamakan perhatian terhadap letak, susunan bagian-bagian atau organ tubuh satu dengan yang lainnya (susunan dan bentuk tubuh secara regional/pada daerah tertentu).
c.
Anatomi Gunalaksana (Applied Anatomy), yaitu ilmu urai yang dikaitkan dengan kebutuhan praktis seperti untuk keperluan diagnosa, bedah, tilik ternak (exteriur) dan sebagainya.

Didalam anatomi ada kesepakatan bahwa bahasa latin digunakan sebagai bahasa dunia untuk menyebutkan istilah-istilah. Namun demikian di banyak negara selain bahasa latin sebagai bahasa anatomi yang utama, juga dipergunakan bahasa nasional dari negara masing-masing. Sebagai contoh penggunaan bahasa selain latin dalam peristilahan anatomi adalah peristilahan bahasa Inggris dalam buku “The Anatomy of The Domestic Animals” karya Sisson dan Grossman
Untuk menyebutkan tempat atau letak pada bagian tubuh hewan, dipergunakan istilah-istilah umum maupun yang khusus yang diperuntukkan pada daerah tertentu. Istilah tersebut sekaligus mengandung arti menunjuk arah. Beberapa contoh istilah yang sering digunakan adalah :

UNTUK BAGIAN TUBUH :
dorsal = arah punggung, atas (dorsum = punggung)
ventral = arah perut, bawah (venter = perut)
cranial = arah kepala, depan / anterior / caput
caudal = arah ekor, belakang / posterior

Istilah-istilah tersebut umumnya juga berlaku untuk bagian / organ / alat tubuh dengan pengertian yang sama.

UNTUK BAGIAN KEPALA :
oral = menuju arah mulut, depan (oris = mulut)
aboral = menjauhi arah mulut, ke belakang
apical = menuju arah puncak, atas
nuchal = menuju arah tengkuk, ke belakang
nasal = menuju arah hidung (nasum = hidung)

UNTUK ANGGOTA GERAK (EXTREMITAS CRANIALIS, CAUDALIS DAN SAYAP) :
proximal = mendekati tubuh, atas
distal = menjauhi tubuh, bawah
dorsal = sisi depan/punggung kaki depan dan belakang, arah depan
volar = sisi belakang kaki depan (vola = telapak tangan) / palmar
plantar = sisi belakang kaki belakang (planta = telapak kaki)
ulnar = sisi luar kaki depan (=lateral)
radial = sisi dalam kaki depan (=medial)
fibular = sisi luar kaki belakang (=lateral)
tibial = sisi dalam kaki belakang (=medial)
prone = menunjukkan posisi yang mengarah ke dorsal atau ke bagian dorsum tubuh/permukaan dorsal extremitas.
pronasi = menunjukkan arah gerak memutar ke posisi prone
supine = posisi yang mengarah ke ventral tubuh / volar / permukaan plantar extremitas
supinasi = menunjukkan arah gerak memutar ke posisi supine

UNTUK ORIENTASI BIDANG-BIDANG PADA TUBUH :
lateral = menjauhi bidang median tubuh, luar
medial = mendekati bidang median tubuh, dalam, tengah
median = bidang tengah tubuh, membelah tubuh menjadi dua bagian yang simetris (kiri dan kanan)
sagittal = sejajar dengan median tubuh
transversal = tegak lurus dengan bidang median, memotong sumbu tubuh secara tegak lurus pula (membagi tubuh menjadi dua, depan dan belakang)
horizontal/frontal = tegak lurus dengan bidang median, sejajar dengan sumbu tubuh (membagi tubuh menjadi dua atas dan bawah)

UNTUK ORIENTASI BERBAGAI ARAH
dexter = kanan
sinister = kiri
externus = sebelah luar
internus = sebelah dalam
profundus = menjauhi permukaan, ke dalam, mendekati pusat
superficialis = mendekati permukaan, luar
ecto = (luar lapis luar)
endo, ento = dalam (lapis dalam)
meso = tengah (lapis tengah)
epi = di atas, tutup ----- epidermis, epicardium, epicondylus, epiphyse
peri = sekeliling, sekitar ----- peritricha, peritonium, periosteum, etc.
dia = pemisah, penyebaran ----- diaphyse, diaphragma
hypo = di bawah ------ hypotonis, hypotensi, hypodermis
hyper = di atas ------ hypertonis, hypertensi
basis = dasar, alas, bawah ---- basis osis cranii, basis occipitalis
apex = puncak, atas margo = tepi (marginal = tepian)

BERBAGAI SEBUTAN BENTUKAN / BANGUNAN :
Facies = muka, permukaan, wajah
Facialis = termasuk permukaan
Fascia = lembaran, balut, selaput otot
Fasciculus = berkas
Fossa = lekuk (depressio, impressio = lekuk karena tekanan)
Fovea = lekukan yang membulat
Foramen = lubang yang kecil atau pintu pada tulang (jamak - foramina)
Sulkus = lekuk mamanjang, alur
Canalis = saluran pipa
Canaliculus = sebuah saluran tulang yang kecil
Cavum = rongga
Caverna = rongga (cavernosus = berongga-rongga, bersekat-sekat)
Caput = kepala
Capitulum = penonjolan sendi yang bulat dan kecil (Latin = kepala)
Condylus = bungkul sendi (Yunani = gelang)
Epicondylus = penonjolan yang bukan persendian, menempatkan diri diatas kondilus
Collum = leher
Crista = bingkai, tepian yang tajam, sisir Penonjolan tulang dalam bentuk garis yang lebar dan merupakan suatu daerah diantara dua buah pinggir tulang
Sinus = lengkung, rongga kecil, serambi (rongga berisi udara yang mempunyai pintu keluar = anthrum)
Spina = duri, penonjolan yang runcing
Processus = taju, penonjolan antara lain :
Processus spinosus = berbentuk spina (duri)
Processus stiloideus = panjang seperti tiang (Yunani = tiang)
Processus kondiloideus = seperti katrol
Processus coronoideus = berbentuk segitiga (korona = mahkota)
Processus coracoideus = seperti paruh burung (gagak)
Fissura = celah, robekan
Incisura = irisan
Tuber, tuberositas = bungkul besar (penonjolan tulang berbentuk bulat dengan ukuran sedang)
Tuberculum = bungkul yang kecil
Angulus = sudut
Trochanter = penonjolan tulang yang bulat dengan ukuran sangat besar (latin = pelari)
Linea (garis) = penonjolan tulang dalam bentuk garis yang rata
Labium (bibir) = pinggir sebuah krista
Trokhlea = bagian persendian tulang yang berbentuk katrol (Trokhlea = katrol)
Malleolus = penonjolan tulang yang besar (seperti palu) pada ujung bawah tibia/fibula
Lingula = penonjolan tulang yang kecil seperti lidah
Cornua = penonjolan tulang seperti tanduk yang panjang
Ramus (cabang) = sebuah cabang yang besar dari bagian utama tubuh
Alae = penonjolan tulang yang berbentuk sayap
Hiatus = sebuah pintu
Hammulus = sebuah penonjolan tulang yang berbentuk seperti kaitan
Lamina = lempeng tulang yang tipis
Skuama = lempeng tulang berbentuk sisik yang tipis.