OSTEOLOGY (Sistim Pertulangan Dan Hubungannya)
Osteologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kerangka (skeleton). Osteologi berasal dari kata os yang (latin) dan osteon (Yunani) yang berarti tulang. Tulang merupakan bagian tubuh atau organ dari suatu individu yang mulai tumbuh dan berkembang sejak masa embrional. Sistim pertulangan merupakan salah satu hasil perkembangan dari sel-sel mesoderm.
Pola bangunan tubuh suatu individu ditentukan oleh kerangka yang disusun dari puluhan atau ratusan tulang. Tulang-tulang tersebut membentuk suatu susunan atau kelompok tulang yang disebut dengan kerangka. Tulang-tulang kerangka disebut juga skeleton (Yunani = kering) dalam melaksanakan fungsinya dilengkapi dengan tulang rawan (cartilago) dan ligamenta (pita pengikat). Kerangka pada ternak termasuk dalam endoskeleton.
Fungsi skeleton pada suatu individu (endoskeleton) :
Kerangka dari berbagai jenis hewan memiliki jumlah ruas yang tidak sama misalnya :
Perbedaan jumlah ruas tulang pada berbagai jenis hewan ini karena adanya penyesuaian pola dasar dari jenis-jenis hewan tersebut yang diserasikan dengan perkembangan phylogeniknya. Namun pada umumnya berbegai jenis hewan tersebut mempunyai dasar macam tulang yang sama. Beberapa contoh dapat dikemukakan seperti daftar berikut :
Macam tulang Hewan Jumlah ruas
Vertebrae cervicalis kuda 7
Vertebrae cervicalis sapi 7
Vertebrae cervicalis babi 7
Vertebrae cervicalis anjing 7
Vertebrae cervicalis ayam 13 -14
Vertebrae thoracalis kuda 18 - 19
Vertebrae thoracalis sapi 13
Vertebrae thoracalis babi 14 - 15
Vertebrae thoracalis anjing 13
Vertebrae thoracalis ayam 7
Perbedaan jumlah ruas tulang selain karena perbedaan jenis hewan juga dipengaruhi oleh faktor umur. Pertambahan umur tidak selalu diikuti dengan bertambahnya tulang, tetapi dapat pula sebaliknya, yaitu jumlahnya menjadi berkurang karena beberapa ruas tulang tumbuh menyatu (synostosis).
Ditinjau dari fungsi dan letaknya kerangka dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
Ditinjau dari bentuknya dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :
Dengan mempelajari osteologi ini kita dapat menyusun kembali (merekonstruksi) tulang-tulang menjadi suatu kerangka sebagaimana mestinya.
STRUKTUR TULANG
Secara makroskopis struktur tulang dapat dipelajari dengan baik apabila dilakukan pembelahan memanjang (longitudinal) pada tulang panjang sehingga terlihat dua bagian tulang yang mudah dibedakan :
Pada tulang pipih, substansia compacta terdiri dari dua lapis yang dipisahkan oleh substansia spongiosa. Kedua lapis substansia kompakta masing-masing disebut lamina externa yang diluar dan lamina interna/tabula vitrea yang didalam. Susunan tulang semacam ini disebut diploe dan banyak didapatkan pada tulang-tulang tengkorak.
Permukaan tulang disebelah luar dilapisi oleh jaringan ikat padat tak teratur (irregular) merupakan suatu membran yang disebut periosteum, sedang permukaan dalamnya dilapisi jaringan yang sama disebut endosteum. Pada keadaan tertentu jaringan pembalut tulang ini dapat membentuk jaringan tulang baru. Terdapat perbedaan antara fungsi periosteum dengan endosteum yaitu fungsi periosteum adalah :
Sedangkan endosteum serupa dengan periosteum ditambah dengan sifat haemopoetic yaitu dapat membentuk butir-butir darah merah atau putih.
Didalam rongga-rongga tulang berisi sumsum tulang (medulla osseum) yang berfungsi juga sebagai pembuat sel-sela darah. Pada individu dewasa dikenal dua macam medulla osseum yaitu sumsum merah medulla osseum rubra yang benar-benar berfungsi sebagai pembuat sel darah merah dan sumsum kuning (medulla osseum flava) yang merupakan jaringan lemak. Pada masa embryonal sampai dengan neo-natal di dalam tulang hanya terdapat medula osseum rubra saja. Semakin meingkatnya umur pada beberapa tempat medulla osseum rubra akan diganti oleh medulla osseum flava sehingga medulla osseum rubra hanya terdapat pada ossa vertebrae, os sternum, os costae dan ossa cranium.
VASCULARISASI DAN INERVASI TULANG
Tulang merupakan jaringan hidup oleh karenanya juga memerlukan distribusi makanan. Untuk itu tulang juga dilengkapi dengan pembuluh-pembuluh darah yang banyak bercabang pada periosteum dan ranting-rantingnya menyusup ke dalam lapisan tulang melalui foramen nutricia. Perjalanan sabut syaraf pada umumnya mengikuti pembuluh darah. Dikenal ada sabut syaraf vasomotor yang mengatur persyarafan pembuluh darah dan sabut syaraf sensible yang mensyarafi tulang itu sendiri. Oleh karena itu rasa sakit dapat timbul pada tulang disebabkan oleh syaraf-syaraf sensibel tersebut.
STRUKTUR KIMIA TULANG
Bila dianalisis secara kimiawi, tulang tersusun atas bahan organik dan anroganik dengan perbandingan 1 : 2. Formula yang demikian menyebabkan tulang memiliki kelenturan yang sangat terbatas, dibalik kekerasan yang menjadi kekuatan tulang. Bila tulang dipanaskan dengan temperatur tinggi maka bahan organiknya akan luruh sehingga tulang menjadi amat rapuh dan lebih ringan dari berat semula (proses pembuatan tepung tulang). Bahan organik terdiri dari ossein (protein) yang apabila direbus akan menghasilkan gelatin. Sebaliknya bila tulang tersebut dihilangkan bahan anorganiknya dengan cara decalsifikasi (misal dimasukkan ke dalam larutan asam kuat) maka ia akan kehilangan sifat kerasnya tanpa merubah bentuknya sehingga konsistensinya menjadi fleksibel, lentur (agak elastis) dan liat. Jadi yang tinggal adalah zat-zat organisnya (gelatin/protein), karena itu zat organis tersebut merupakan pola untuk memberi bentuk pada tulang.
Ditinjau dari sudut kimiawi, substansia compacta dan substansia spongiosa tersebut sama saja yaitu terdiri dari zat-zat organis (protein) dan zat-zat anorganis yang terdiri atas :
PENULANGAN (OSTEOGENESIS)
Telah diketahui bahwa tulang berasal dari perkembangan mesoderm yang terdiri dari sel-sel mesencym. Bila akan membentuk tulang, sel mesencym akan mengalami deferiansi menjadi sel bakal tulang (osteoblast) yang selanjutnya akan menjadi sel tulang (osteosit). Proses pembentukan tulang disebut ossifikasi (osteogenesis).
Ada dua macam osteogenesis yaitu :
Osteologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kerangka (skeleton). Osteologi berasal dari kata os yang (latin) dan osteon (Yunani) yang berarti tulang. Tulang merupakan bagian tubuh atau organ dari suatu individu yang mulai tumbuh dan berkembang sejak masa embrional. Sistim pertulangan merupakan salah satu hasil perkembangan dari sel-sel mesoderm.
Pola bangunan tubuh suatu individu ditentukan oleh kerangka yang disusun dari puluhan atau ratusan tulang. Tulang-tulang tersebut membentuk suatu susunan atau kelompok tulang yang disebut dengan kerangka. Tulang-tulang kerangka disebut juga skeleton (Yunani = kering) dalam melaksanakan fungsinya dilengkapi dengan tulang rawan (cartilago) dan ligamenta (pita pengikat). Kerangka pada ternak termasuk dalam endoskeleton.
Fungsi skeleton pada suatu individu (endoskeleton) :
- Sebagai penunjang tubuh.
- Untuk memberi bentuk pada hewan
- Sebagai tempat melekatnya urat daging (otot).
- Untuk melindungi (proteksi) organ-organ tubuh yang lunak dan mudah rusak, misal : organ visceral, otak dll.
- Sebagai cadangan unsur-unsur kimia penyusun tubuh misal : cakium & phospor.
- Sebagai alat gerak pasip, dalam hal ini akan bekerjasama dengan otot-tot yang bertaut padanya.
Kerangka dari berbagai jenis hewan memiliki jumlah ruas yang tidak sama misalnya :
- kuda = 205 ruas tulang
- manusia = 206 ruas tulang
- sapi = 191 - 193 ruas tulang
- ayam = tidak lebih dari 160 ruas tulang
Perbedaan jumlah ruas tulang pada berbagai jenis hewan ini karena adanya penyesuaian pola dasar dari jenis-jenis hewan tersebut yang diserasikan dengan perkembangan phylogeniknya. Namun pada umumnya berbegai jenis hewan tersebut mempunyai dasar macam tulang yang sama. Beberapa contoh dapat dikemukakan seperti daftar berikut :
Macam tulang Hewan Jumlah ruas
Vertebrae cervicalis kuda 7
Vertebrae cervicalis sapi 7
Vertebrae cervicalis babi 7
Vertebrae cervicalis anjing 7
Vertebrae cervicalis ayam 13 -14
Vertebrae thoracalis kuda 18 - 19
Vertebrae thoracalis sapi 13
Vertebrae thoracalis babi 14 - 15
Vertebrae thoracalis anjing 13
Vertebrae thoracalis ayam 7
Perbedaan jumlah ruas tulang selain karena perbedaan jenis hewan juga dipengaruhi oleh faktor umur. Pertambahan umur tidak selalu diikuti dengan bertambahnya tulang, tetapi dapat pula sebaliknya, yaitu jumlahnya menjadi berkurang karena beberapa ruas tulang tumbuh menyatu (synostosis).
Ditinjau dari fungsi dan letaknya kerangka dikelompokkan menjadi 3 yaitu :
- Ossa axialis (axial skeleton) ; berfungsi sebagai penunjang utama kerangka poros tubuh yang terdiri atas cranium (tengkorak), columna vertebralis, costae dan sternum.
- Ossa apendicularis (appendicular skeleton) ; merupakan kerangka tambahan terdiri atas tulang-tulang anggota gerak ( kaki depan dan belakang / extremitas cranialis et caudalis).
- Ossa visceralis (visceral skeleton) ; tulang-tulang jerohan yang terdiri dari beberapa tulang khusus yang tumbuh pada alat visceral dan hanya terdapat pada hewan-hewan tertentu misalnya os cordis pada jantung sapi tua, os penis pada penis anjing dan kucing, os glandis pada kucing.
Ditinjau dari bentuknya dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :
- Ossa longa/tulang panjang (long bone), tulang yang berbentuk panjang, silindris seperti pipa dengan ujung-ujungnya membesar, biasanya didalamnya terdapat cavum medullare (rongga sumsum). Bagian ujung atas (proximal) disebut caput, ujung bawah disebut condylus sedang batangnya/tengah disebut corpus. Umumnya bagian ujung proximal lebih besar daripada ujung distal. Contohnya tulang-tulang anggota gerak (os femur, os humerus)
- Ossa plana/tulang pipih (flat bone), tulang yang berbentuk pipih yang berfungsi sebagai tempat pertautan otot maupun sebagai pelindung organ-organ yang lunak, misalnya os scapula, ossa costae (tulang-tulang rusuk), ossa cranii (tulang-tulang tengkorak : os frontalis, os nasalis).
- Ossa brevia/tulang pendek (short bone), tulang-tulang berbentuk pendek, kecil, mempunyai panjang dan lebar hampir sama, pada umumnya berbentuk masif dan mendekati bentuk kubus. Fungsinya adalah untuk memecah benturan atau sebagai penyebar/pemerata tekanan (mis : ossa carpi dan ossa tarsi) atau untuk mengurangi geseran dan perubahan arah dari tendo (ossa sesamoidea).
- Ossa irregularis/tulang tak beraturan (irregular bone), tulang-tulang yang tidak teratur bentuknya, fungsinya bermacam-macam dan tidak spesifik. Letaknya kebanyakan disekitar bidang median tubuh dan merupakan tulang tunggal, misal : os vertebrae, basis cranii dan sebagainya.
Dengan mempelajari osteologi ini kita dapat menyusun kembali (merekonstruksi) tulang-tulang menjadi suatu kerangka sebagaimana mestinya.
STRUKTUR TULANG
Secara makroskopis struktur tulang dapat dipelajari dengan baik apabila dilakukan pembelahan memanjang (longitudinal) pada tulang panjang sehingga terlihat dua bagian tulang yang mudah dibedakan :
- Substantia compacta merupakan dinding tulang yang tebal, keras, padat (kompak). Pada umumnya menempati bagian diaphyse tulang. Pada tulang panjang, daerah ini memiliki rongga yang disebut cavum medullare sebagai tempat sumsum tulang (medulla osseum).
- Substantia spongiosa merupakan bagian yang berstruktur seperti bunga karang (berkisi-kisi). Pada umumnya terletak dibagian epiphyse dari tulang panjang. Struktur menyerupai bunga karang yang tersusun oleh lempengan-lempengan (trabeculae) yang tidak teratur dan berhubungan satu sama lain membentuk anyaman. Struktur semacam ini sangat kuat dan tidak mudah patah, karena disesuaikan dengan kebutuhan mekanis untuk menanggulangi tekanan dan tarikan terhadap tulang tersebut dalam menjalankan fungsinya sebagai alat penunjang atau alat gerak. Disamping itu penyusunan struktur semacam ini juga melaksanakan prinsip efisiensi dalam penggunaan bahan-bahan tulang. Rongga-rongga antar kisi juga berisi sumsum tulang, sehingga disebut ruang-ruang sumsum (cellulae medullare/marrow space). Pada tulang pendek struktur semacam ini menempati keseluruhan bagian tengah dari tulang tersebut.
Pada tulang pipih, substansia compacta terdiri dari dua lapis yang dipisahkan oleh substansia spongiosa. Kedua lapis substansia kompakta masing-masing disebut lamina externa yang diluar dan lamina interna/tabula vitrea yang didalam. Susunan tulang semacam ini disebut diploe dan banyak didapatkan pada tulang-tulang tengkorak.
Permukaan tulang disebelah luar dilapisi oleh jaringan ikat padat tak teratur (irregular) merupakan suatu membran yang disebut periosteum, sedang permukaan dalamnya dilapisi jaringan yang sama disebut endosteum. Pada keadaan tertentu jaringan pembalut tulang ini dapat membentuk jaringan tulang baru. Terdapat perbedaan antara fungsi periosteum dengan endosteum yaitu fungsi periosteum adalah :
- sebagai alat penyokong pembuluh darah dan syaraf yang masuk ke tulang
- sebagai tempat melekatnya tendo atau ligamenta
- sebagai alat pertumbuhan dan penyembuhan tulang
Sedangkan endosteum serupa dengan periosteum ditambah dengan sifat haemopoetic yaitu dapat membentuk butir-butir darah merah atau putih.
Didalam rongga-rongga tulang berisi sumsum tulang (medulla osseum) yang berfungsi juga sebagai pembuat sel-sela darah. Pada individu dewasa dikenal dua macam medulla osseum yaitu sumsum merah medulla osseum rubra yang benar-benar berfungsi sebagai pembuat sel darah merah dan sumsum kuning (medulla osseum flava) yang merupakan jaringan lemak. Pada masa embryonal sampai dengan neo-natal di dalam tulang hanya terdapat medula osseum rubra saja. Semakin meingkatnya umur pada beberapa tempat medulla osseum rubra akan diganti oleh medulla osseum flava sehingga medulla osseum rubra hanya terdapat pada ossa vertebrae, os sternum, os costae dan ossa cranium.
VASCULARISASI DAN INERVASI TULANG
Tulang merupakan jaringan hidup oleh karenanya juga memerlukan distribusi makanan. Untuk itu tulang juga dilengkapi dengan pembuluh-pembuluh darah yang banyak bercabang pada periosteum dan ranting-rantingnya menyusup ke dalam lapisan tulang melalui foramen nutricia. Perjalanan sabut syaraf pada umumnya mengikuti pembuluh darah. Dikenal ada sabut syaraf vasomotor yang mengatur persyarafan pembuluh darah dan sabut syaraf sensible yang mensyarafi tulang itu sendiri. Oleh karena itu rasa sakit dapat timbul pada tulang disebabkan oleh syaraf-syaraf sensibel tersebut.
STRUKTUR KIMIA TULANG
Bila dianalisis secara kimiawi, tulang tersusun atas bahan organik dan anroganik dengan perbandingan 1 : 2. Formula yang demikian menyebabkan tulang memiliki kelenturan yang sangat terbatas, dibalik kekerasan yang menjadi kekuatan tulang. Bila tulang dipanaskan dengan temperatur tinggi maka bahan organiknya akan luruh sehingga tulang menjadi amat rapuh dan lebih ringan dari berat semula (proses pembuatan tepung tulang). Bahan organik terdiri dari ossein (protein) yang apabila direbus akan menghasilkan gelatin. Sebaliknya bila tulang tersebut dihilangkan bahan anorganiknya dengan cara decalsifikasi (misal dimasukkan ke dalam larutan asam kuat) maka ia akan kehilangan sifat kerasnya tanpa merubah bentuknya sehingga konsistensinya menjadi fleksibel, lentur (agak elastis) dan liat. Jadi yang tinggal adalah zat-zat organisnya (gelatin/protein), karena itu zat organis tersebut merupakan pola untuk memberi bentuk pada tulang.
Ditinjau dari sudut kimiawi, substansia compacta dan substansia spongiosa tersebut sama saja yaitu terdiri dari zat-zat organis (protein) dan zat-zat anorganis yang terdiri atas :
- calsium phospat = 57,33 %
- calsium carbonat = 3,85 %
- magnesium phospat = 2,05 %
- natrium chloride & natrium carbonat = 3,45 %
- gelatin (protein) = 33,30 %
PENULANGAN (OSTEOGENESIS)
Telah diketahui bahwa tulang berasal dari perkembangan mesoderm yang terdiri dari sel-sel mesencym. Bila akan membentuk tulang, sel mesencym akan mengalami deferiansi menjadi sel bakal tulang (osteoblast) yang selanjutnya akan menjadi sel tulang (osteosit). Proses pembentukan tulang disebut ossifikasi (osteogenesis).
Ada dua macam osteogenesis yaitu :
- Osteogenesis intramembranosa (osteogenesis desmalis = osteogenesis primer) yaitu suatu proses penulangan secara langsung. Osteoblast yang tumbuh menjadi osteosit akan mempengaruhi zat-zat disekitarnya (matriks) yang mula-mula cair akan menjadi kental, kemudian membentuk osteoid. Osteoid akan mengeras karena proses pengapuran (cakification), sehingga akan mengurung osteosit. Disinilah mulai terbentuk pulau tulang pertama, dan tempat proses ini disebut titik penulangan (punctum ossification). Contoh tulang yang pembentukannya melalui proses ini pada umumnya terjadi pada tulang pipih misalnya os frontalis, os parietalis.
- Osteogenesis intracartilaginosa (osteogenesis endochondralis = osteogenesis sekunder) yaitu suatu proses penulangan tidak langsung, selalu didahului dengan terbentuknya tulang rawan (cartilago) dan prosesnya lebih kompleks. Jaringan mesencym mula-mula membentuk tulang rawan hyalin yang sekaligus merupakan pola tulang yang akan dibentuk. Pertumbuhan sampai menjadi tulang berlangsung melalui tahap berikut :
- pertumbuhan sel-sel tulang rawan : sel-sel mesencym menjadi sel calon tulang rawan (chondroblast) kemudian melanjut menjadi sel tulang rawan (chondrocyte)
- perbanyakan dan pembesaran chondrocyte yang berderat-deret menurut poros panjang tulang.
- pengapuran matriks tulang rawan
- pergantian tulang rawan yang mengapur dengan tulang secara proses penulangan langsung.
- Proses ini umumnya dimulai dari kedua ujung bakal tulang (bakal epiphyse), sedang ditenha batang tulang yang juga merupakan pusat penulangan prosesnya berlangsung secara primer. dengan demikian tulang yang proses pembentukannya secara tidak langsung sekurang-kurangnya memiliki tiga punctum ossifikasi.
- Pertumbuhan interstitial, yaitu pertumbuhan dari tengah jaringan.
- Pertumbuhan oppositional, yaitu pertumbuhan dari sisi tulang, biasanya berasal dari perichondrium atau periosteum yang menjadi tulang secara langsung.
2 komentar:
Info yang sangat menarik sekali untuk di baca Pak,..
Ane Shardy, murid bapak dr kampus Universitas ISlam Malang,..
mampir juga ke Blog Qu Pak...
bapak saya minta materi'y yea....
(mahasiswa fapet sem 2..)
Posting Komentar